I.
Nama Sediaan Kosmetika : Sunscreen
bahan alam dalam bentuk sediaan krim
II.
Tujuan Pemakaian :
Mencegah atau mengurangi efek bahaya
dari sinar UV
III.
Karakteristik Sediaan :
·
Efektif
mengabsorbsi radiasi erythrmogenic pada panjng gelombang 290-320 nm
·
Memungkinkan
terjadinya transmisi pada panjang gelombang 300-400 nm untuk menghindari efek
maksimum tanning
·
Tidak mudah
menguap dan tahan terhadap air serta keringat
·
Harus memiliki
karakteristik kelarutan yang sesuai untuk menentukan pembawa yang tepat untuk
mengakomodai syarat jumlah sunscreen
·
Tidak berbau
atau sedikit berbau namun masih dapat diterima oleh pengguna dan memiliki
karakter fisik yang memuaskan
·
Tidak toksik,
tidak mengiritasi dan tidak membuat kulit sensitive
·
Dapat melindungi
dalam beberapa jam
·
Harus stabil
selama pemakaian
·
Tidak mewarnai
pakaian (Harry’s Cosmeticology, p.232)
·
Mudah digunakan,
jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan, bahan aktif kompatibel dengan bahan
tambahan lain, bahan dasar dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit
(FDA, 2003)
IV.
Rancangan Modifikasi Formula
(halaman 2)
|
Formula Standar
(Harry’s Cosmeticology)
|
Formula Pembanding
Parasol
(Face Sunscreen Cream)
|
Formula modifikasi terhadap
formula standar
|
||||||
|
Nama bahan
|
Fungsi
|
Konsentrasi
|
Nama bahan
|
Fungsi
|
Nama bahan
|
Fungsi
|
Konsentrasi
|
|
|
Lazim
|
Terpilih
|
|||||||
|
*
Filtrosol A:
|
|
5%
|
Octyl
methoxycinnamate (M)
|
Chemical
Sunscreen
(UVB absorber)
(Md 36th, p.1608)
|
* Sari buah wortel (A)
|
Sunscreen agent
|
|
10%
(Malsawmtluangi,
dkk., 2013)
|
|
Avobenzone
(M)
|
Sunscreen
(UVA
absorber)
(Md
36th, p.1589)
|
|
Titanium
dioxide (M)
|
Physical
Sunscreen
(Md 36th, p.1618)
|
|
|
|
|
|
Ensulizole
(M)
|
Sunscreen
(against UVB light)
(Md 36th, p.1597)
|
|
4-Methylbenzylidene
camphor (M)
|
Against
UVB
(Md 36th, p.1597)
|
|
|
|
|
|
Octinoxate
(M)
|
Sunscreen
(UVB absorber)
(Md
36th, p.1608)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Oxybenzone
(M)
|
Sunscreen
(UVA
and UVB absorber)
(Md
36th, p.1608)
|
|
|
|
|
|
||
|
Asam
stearat (M)
|
Emulsifying agent
(HPE
6th, p.697)
|
6%
|
Asam
stearat (M)
|
Emulsifying agent
(HPE
6th, p.697)
|
Asam
stearat (M)
|
Emulsifying agent
(HPE
6th, p.697)
|
1-20%
(HPE
6th, p.697)
|
6%
|
|
*
Setil alkohol (M)
|
Stiffening agent
(HPE
6th, p.155)
|
0.5%
|
Cetyl
alcohol (M)
|
Emulsifying
agent
(HPE
6th, p.155)
|
* Setil alkohol (M)
|
Stiffening
agent
(HPE 6th, p.155)
|
2-10%
|
2%
|
|
Veegum
(M)
|
Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)
|
2.28%
|
Sorbitan
stearate (M)
|
Emulsifying
agent
(HPE
6th, p.675)
|
Veegum
(M)
|
Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)
|
|
2.28%
|
|
Air
(A)
|
Pelarut
(HPE
6th, p.766)
|
85.42%
|
Akuades
(A)
|
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
|
Akuades
(A)
|
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
|
|
|
|
Borax
(A)
|
Emulsifiying agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)
|
0.5%
|
|
|
Borax
(A)
|
Emulsifiying agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)
|
|
0.5%
|
|
KOH
(A)
|
Alkalizing agent
(HPE
6th, p.576)
|
0.3%
|
|
|
KOH
(A)
|
Alkalizing agent
(HPE 6th, p.576)
|
|
0.3%
|
|
Parfum
|
Memberi aroma
|
q.s.
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengawet
|
Mengawetkan
|
q.s.
|
|
|
Methylparaben
(A)
|
Antimicrobial
preservative
(HPE 6th, p.441)
|
0.02-0.3%
(HPE 6th,
p.442)
|
0.1%
|
|
|
|
|
|
|
Propylparaben
(A)
|
Antimicrobial
preservative
(HPE 6th, p.596)
|
0.01-0.6%
(HPE 6th,
p.596)
|
0.05%
|
|
|
|
|
* Propylene glycol
|
Humektan
(HPE
6th, p.592)
|
* Propylene glycol (A)
|
Humectant,
Cosolvent
(HPE
6th, p.592)
|
5-80%
|
15%
|
|
|
|
|
Carbomer
(A)
|
Emulsifying
agent
(HPE 6th, p.110)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Glyceryl
stearate (M)
|
Emollient,
emulsifying agent
(HPE 6th, p.290)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cetearyl
alcohol (M)
|
Stiffening
agent
(HPE 6th, p.700)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Talc
(M)
|
Lubricant
(HPE 6th, p.728)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Petrolatum
(M)
|
Emollient
(HPE 6th, p.482)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Triethanolamine
(A)
|
Alkalizing
agent
(HPE 6th, p.754)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sodium
chloride (A)
|
Tonicity
agent
(HPE 6th, p.637)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BHT
(M)
|
Antioksidan
(HPE 6th, p.75)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PEG
90 (A)
|
Plasticizer
(HPE 6th, p.517)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tocopheryl
acetate (M)
|
Substansi vitamin E
(Md 36th, p.1992)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hydrogenated
polyisobutene
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CI
77491
|
Memberikan warna cokelat
(Flick, 1991; p.75)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CI
77492
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CI
77499
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Methylisothiazolinone
|
Preservative
(Md 36th, p.1651)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Iodopropynyl
butyl carbamate
|
Preservative
(Md 36th, p.2045)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Caprylic
acid/capric triglyceride (A)
|
Antifungal
(Md 36th, p.2356)
|
|
|
|
|
Formula standar
Bentuk sediaan :
sunscreen cream
Tipe emulsi :
o/w
Alasan :
karena fase air lebih banyak daripada fase minyak
HLB :
15.5
Formula pembanding
Bentuk sediaan :
sunscreen cream
Merk :
Parasol
Tipe emulsi :
Formula
modifikasi
Bentuk sediaan :
sunscreen cream
Tipe emulsi :
o/w
Alasan :
komponen fase air lebih banyak
HLB :
15.5
X.
Spesifikasi Sediaan Akhir
|
No
|
Kriteria
Uji
|
Spesifikasi
|
|
1.
|
Organoleptis:
Warna
Bentuk
Bau
|
Putih
Opaque
Tidak berbau
(Sutrisno,
2014)
|
|
2.
|
pH
|
6-7
|
|
3.
|
Homogenitas
|
Homogen
|
|
4.
|
Viskositas
|
30000-700000 cps
|
|
5.
|
Daya sebar
|
Mudah
menyebar
|
|
6.
|
Daya tercucikan air
|
Mudah
tercucikan air
|
|
7.
|
Tipe emulsi
|
o/w
|
|
8.
|
Ukuran partikel
|
1-100 µm
|
|
9.
|
Iritasi
|
Tidak mengiritasi
|
|
10.
|
Efektivitas
|
Efektif melembabkan kulit dengan nilai
total (AUC) 2.15 + 0.71 mg/4 jam
|
|
11.
|
Aseptabilitas
|
|
|
Kemudahan diratakan
Kelembutan
Kemudahan dibersihkan
|
Mudah diratakan
|
|
|
Lembut
|
||
|
Mudah dibersihkan
|
IX.
Rancangan Evaluasi
Uji Mutu Fisik
Krim
1.
Organoleptis
Penentuan organoleptis
sedian meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Sediaan pelembab harus memiliki
bentuk krim (semisolid), warna putih (Sutrisno, 2014).
2.
pH
Pengukuran pH dilakukan
dengan menimbang sediaan sebanyak 1 gram, melarutkan sediaan dalam akuades
hingga 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam krim yang telah diencerkan
hingga pH meter menunjukkan angka yang stabil. pH krim pelembab harus sesuai
dengan pH kulit, yaitu 6-7 (Sutrisno, 2014).
3.
Homogenitas
Uji homogenitas sediaan
dilakukan dengan menimbang sediaan sebanyak 0,5 gram di atas wadah kemudian
diamati secara visual dan sensoris (diraba). Bahan dalam sediaan harus homogen
(Sutrisno, 2014).
Kriteria hasil uji
homogenitas:
|
Kriteria
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
|
Sediaan memisah dan
ada agregat
|
Tidak
homogen (-)
|
0
|
|
Sediaan tidak memisah
dan ada agregat
|
Kurang
homogen (+)
|
1
|
|
Sediaan tidak memisah
atau mengendap dan tidak ada agregat
|
Homogen
(++)
|
2
|
4.
Viskositas
Pengukuran viskositas
sediaan dilakukan dengan memasukkan 250 ml sediaan ke dalam beaker glass.
Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield. Viskositas sediaan krim adalah 30000-700000 cps
(Sutrisno, 2014).
5.
Daya sebar
Uji daya sebar sediaan
dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan di atas kertas grafik yang
dilapisi kaca transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) kemudian dihitung luas
daerah yang diberikan oleh sediaan. Kemudian ditutup lagi dengan lempeng kaca
yang diberi beban dengan berat tertentu (10 g, 20 g, 100 g) dan dibiarkan
selama 60 detik. Setelah itu dihitung luas yang diberikan oleh sediaan.
(Sutrisno, 2014).
Kriteria uji daya
sebar:
|
Diameter penyebaran
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
|
<3
cm
|
Sukar
menyebar (-)
|
0
|
|
3-5 cm
|
Mudah
menyebar (+)
|
1
|
|
>5
cm
|
Sangat
mudah menyebar (++)
|
2
|
6.
Daya tercucikan
air
Sediaan ditimbang
sebanyak 1 gram kemudian dioleskan pada telapak tangan dan dicuci dengan
sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dari buret dengan
kecepatan 0.25 tetes/detik lalu diamati secara visual ada atau tidaknya krim
yang tersisa pada telapak tangan. Sediaan krim pelembab harus mudah tercucikan
air (Sutrisno, 2014).
Kriteria penilaian uji
tercucikan air:
|
Kriteria
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
|
>
20 ml
|
Tidak
mudah tercucikan air (-)
|
0
|
|
10-20
ml
|
Mudah
tercucikan air (+)
|
1
|
|
< 10 ml
|
Sangat
mudah tercucikan air (++)
|
2
|
7.
Tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi
dilakukan dengan menimbang 0,1 gram sediaan lalu ditetesi 1 tetes pewarna larut
air, kemudian diamati penyebaran warna metilen biru dalam sediaan di bawah
mikroskop. Warna yang tersebar merata pada sediaan krim menunjukkan tipe emulsi
minyak dalam air (o/w), sedangkan warna yang berupa bitnik-bintik menunjukkan
tipe air dalam minyak (w/o). Sediaan krim pelembab seharusnya memiliki tipe
emulsi minyak dalam air (o/w) (Sutrisno, 2014).
8.
Ukuran partikel
Pengukuran distribusi
ukuran partikel diamati dengan mikroskop dan micrometer okuler. Sediaan
ditimbang sebanyak 0,1 gram kemudian diencerkan dengan akuades hingga 1 ml.
Hasil pengenceran diambil sedikit demi sedikit dan di teteskan pada kaca obyek
lalu sebanyak 300 partikel diukur diameternya. Batas ukuran partikel emulsi
adalah 1-100 µm (Sutrisno, 2014).
Uji Keamanan
Uji
iritasi dilakukan pada 10 orang panelis. Teknik yang digunakan pada uji iritasi
ini adalah uji temple terbuka (patch test) yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada
punggung tangan kanan panelis seluas 2,5 cm2 dan punggung tangan kiri
diolesi dengan formula krim. Uji iritasi dilakukan pada tempat yang sama selama
3 hari berturut-turut setelah pembuatan dan pada hai terakhir penyimpanan untuk
masing-masing sediaan, gejala yang timbul diamati lalu hasinya dibandingkan
dengan hasil olesan pada punggung tangan kiri (Sutrisno,
2014). Kriteria hasil evaluasi uji iritasi:
|
Kriteria
penilaian
|
Tanda
|
Skor
|
|
Kemerahan, gatal-gatal, bengkak
|
++
|
0
|
|
Kemerahan dan gatal-gatal
|
+
|
1
|
|
Tidak mengiritasi
|
-
|
2
|
Uji Efektivitas Pelembab
Uji efektivitas pelembab dilakukan untuk mengetahui dasar
kemampuan sediaan air dalam mempertahankan kadar air dalam kulit. Uji
efektivitas pelembab dilakukan secara in vitro yaitu dengan melakukan
modifikasi uji pelembab metode the sorbtion-desoption test. Uji ini dilakukan dengan membuat gel hidrofilik CMC Na 3%
dan pengawet Na Benzoat 0,5% dan air sampai 100% yang diletakkan pada suatu
wadah dengan diameter 4,6 cm dan tinggi 2,5 cm. campuran ini merupakan simulasi
kandungan air dalam kulit. Selanjutnya dilakukan impregnasi membran milipore
dengan cara membran milipore ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu yang telah
diisi dengan isopropyl miristat sapai membrane milipore terendam, membran
direndam selama 1 jam lalu diangkat. Kelebihan isopropyl miristat yang masih
menempel pada membran dihilangkan dengan meletakkan membrane milipore diantara
dua kertas saring dan dibiarkan selama 24 jam. Membran kulit disimulasikan
dengan membrane milipore yang telah diimpregnasi dengan Isopropyl Myristate
(IPM) dan ditempelkan pada wadah yang berisi gel hidrofilik. Membran milipore yang sudah diimpregnasi ditimbang dan
masing-masing formula pelembab diaplikasikan dengan bobot 2 gram dan dioleskan
di atas membrane milipore di permukaan wadah. Sediaan uji disimpan di climatic
chamber pada suhu 32 ± 1°C dengan kelembaban (RH) 70-80. Penimbangan dan
pencatatan bobot sediaan uji (gram) dilakukan pada jam ke 1, 2, dan 4 jam
setelah pembuatan. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
formula dan control (Minarsih, 2005). Suatu sediaan dikatakan efektif
melembabkan kulit dengan nilai total (AUC) 27,05±5,15 mg/jam (Sutrisno,
2014).
Uji Aseptabilitas
Uji aseptabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan responden yang telah bersedia untuk menjadi subyek percobaan. Jumlah
responden yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 orang yang dipilih
secara acak. Responden akan diminta untuk menggunakan krim pelembab kulit buah
manggis pada lengan bagian atas dan diminta pendapatnya mengenai kemudahan
diratakan, sensasi dingin dan kemudahan dibersihkan (Sutrisno, 2014). Kriteria penilaian dari
uji aseptabilitas:
|
Parameter penilaian uji
aseptabilitas
|
|||||
|
Kemudahan diratakan
|
Sensasi dingin
|
Kemudahan dibersihkan
|
|||
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
Interpretasi hasil
|
Skor
|
|
Sulit (+)
|
0
|
Sedikit dingin (+)
|
0
|
Sulit (+)
|
0
|
|
Mudah (++)
|
1
|
Dingin (++)
|
1
|
Mudah (++)
|
1
|
|
Sangat mudah (+++)
|
2
|
Sangat dingin (+++)
|
2
|
Sangat mudah (+++)
|
2
|
X.
Rancangan Kemasan
Wadah
yang digunakan: pot krim 50 gram
V.
Matriks Formula Hasil Modifikasi
|
No.
|
Nama
Bahan
|
Sifat
Kimia
|
Sifat
Fisika
|
Kadar
|
Fungsi
|
Nilai
HLB
|
Alasan
pemakaian
|
|
|
pH
dan stabilitas
|
Pemerian
dan Kelarutan
|
Lazim
|
Terpilih
|
|||||
|
1.
|
Asam
stearat (M)
|
Bahan
yang stabil, dapat ditambahkan antioksidan (HPE 6th, p.698).
|
Keras, putih atau sedikit berwarna
kekuningan, mengkilap, padatan kristal atau serbuk putih/putih kekuningan.
Sedikit berbau dan berasa seperti lemak.
Sangat larut dalam benzena,
karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut dalam etanol (95%), heksana,
dan propilen glikol. Praktis tidak larut dalam air (HPE 6th,
p.697).
|
1-20%
(HPE 6th, p.697)
|
6%
|
Emulsifying
agent
(HPE 6th, p.697)
|
15
|
Banyak
digunakan dalam sediaan topikal, tidak toksik dan tidak mengiritasi (HPE 6th,
p.698).
|
|
2.
|
KOH
(A)
|
pH
= 13.5 (larutan air 0.1 M)
(HPE
6th, p.576)
|
Massa bergabung putih atau
hampir putih. Berbentuk pelet, kepingan, tongkat kecil dan bentuk lainnya.
Keras, rapuh dan seperti pecahan kristal. Higroskopis dan mencair; dalam
udara dengan cepat mengabsorbsi karbon dioksida dan air membentuk kalium
karbonat (HPE 6th, p.576).
Kelarutan: dalam etanol
(95%)=1:3, dalam eter à praktis tidak larut, dalam
gliserin=1:2.5, dalam air=1:0.9 dan 1:0.6 (100°C) (HPE 6th,
p.576).
|
-
|
0.3%
|
Alkalizing
agent
(HPE 6th, p.576)
|
-
|
Sebagai
penetral asam stearat untuk membentuk basis krim (HPE 6th, p.697).
|
|
3.
|
Propilen
glikol (A)
|
Teroksidasi dalam
suhu tinggi pada keadaan terbuka. Stabil dalam gliserin, air (HPE 6th,
p.592)
|
Cairan jernih, tidak berwarna,
kental, tidak berbau, rasa manis mirip gliserin.
Kelarutan: larut dalam aseton,
kloroform, etanol 95%, gliserin dan air; larut 1:6 dalam eer, tidak larut
dalam mineral oil atau fixed oil tetapi larut dalam beberapa minyak esensial
HPE 6th, p.592)
|
15%
(HPE 6th, p.592)
|
15%
|
Humectant,
cosolvent
(HPE
6th, p.592)
|
-
|
Untuk
melarutkan nipagin dan nipasol. Sebagai humektan.
|
|
4.
|
Setil
alkohol
|
|
|
|
|
Stiffening
agent
(HPE 6th, p.155)
|
|
|
|
5.
|
Veegum
|
|
|
|
|
Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)
|
|
|
|
6.
|
Borax
|
|
|
|
|
Emulsifiying
agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)
|
|
|
|
7.
|
Metilparaben
(A)
|
4-8
(HPE 6th, p.442)
|
Kristal
tidak berwarna atau serbuk kristal putih. Tidak berbau atau hampir tidak
berbau dan memiliki sedikit rasa membakar (HPE 6th, p.442).
Kelarutan:
Ethanol= 1 in 2
Ethanol (95%)= 1 in 3
Ethanol (50%)= 1 in 6
Ether= 1 in 10
Glycerin= 1 in 60
Mineral oil= Practically insoluble
Peanut oil= 1 in 200
Propylene glycol= 1 in 5
Water= 1 in 400, 1 in 50 at 508°C, 1 in 30 at 808°C
(HPE 6th, p.442)
|
0.02-0.3%
(HPE 6th, p.442)
|
0.1%
|
Antimicrobial
preservative
(HPE 6th, p.441)
|
-
|
Paling
banyak digunakan sebagai pengawet pada sediaan kosmetik (HPE 6th,
p.441).
Tidak
mutagenik, tidak teratogenik, dan tidak karsinogenik (HPE 6th,
p.443).
|
|
8.
|
Propilparaben
(A)
|
4-8
(HPE 6th, p.596)
|
Serbuk
putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa (HPE 6th, p.596).
Kelarutan:
Acetone Freely soluble
Ethanol (95%) 1 in 1.1
Ethanol (50%) 1 in 5.6
Ether Freely soluble
Glycerin 1 in 250
Mineral oil 1 in 3330
Peanut oil 1 in 70
Propylene glycol 1 in 3.9
Propylene glycol (50%) 1 in 110
Water 1 in 4350 at 158C
1 in 2500
1 in
225 at 808C
(HPE
6th, p.597)
|
0.01-0.6%
(HPE 6th, p.596)
|
0.05%
|
Antimicrobial
preservative
(HPE 6th, p.596)
|
-
|
Cukup
banyak digunakan sebagai pengawet pada sediaan kosmetik (HPE 6th,
p.596).
|
|
Air
(A)
|
|
|
-
|
68.65%
|
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
|
-
|
|
|
VI.
Bentuk Sediaan Dasar
a. Bentuk :
vanishing cream
b. Definisi :
Krim vanishing adalah
basis krim yang ketika digunakan atau digosokkan pada kulit, akan lenyap, atau
hanya akan sedikit terlihat sisa keberadaan krim tersebut. Basis krim ini
merupakan basis krim o/w yang dapat dicuci dengan air (Lachman, dkk., 1994)
c. Persyaratan umum :
Krim yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mudah dioleskan
dan merata pada kulit, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak menodai
pakaian, tidak berbau tengik, bebas dari partikel keras dan tajam, tidak
mengiritasi kulit, dan tempat penyimpanannya harus sesuai dengan sifat krim
yang dibuat (Wilkinson, 1982). Basis krim vanishing memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta
memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt, 1995).
VII.
Bentuk Sediaan Kosmetik Terpilih
a. Bentuk :
krim tabir surya
b. Definisi :
Material serbuk yang opaque, ketika diaplikasikan di kulit pada
kondisi kering atau digunakan bersama pembawa yang sesuai, akan mampu memecah
sinar ultraviolet (Wilkinson, 1982).
c. Persyaratan umum :
Harus efektif dalam mengabsorpsi radiasi eritmogenik (290 – 320
nm), harus mampu menghantarkan gelombang dengan range 300 – 400 nm untuk
menghasilkan efek penghitaman yang maksimum, tidak menguap dan resisten
terhadap air serta perspirasi, tidak berbau atau setidaknya berbau lemah (masih
bisa diterima konsumen) dan terdapat rasa nyaman terhadap karakteristik fisika
lainnya seperti stickiness, non
toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sensitisasi, harus mampu memberikan
efek proteksi selama beberapa jam, stabil, tidak mewarnai pakaian. (Wilkinson,
1982).
VIII.
Susunan Formula
Luas permukaan wajah wanita (1/2 kepala) = 565 cm2
Jumlah krim/aplikasi = 0.8 g à
penggunaan 1-2 x sehari
Untuk 2x pemakaian / hari = 2 x 0.8 g x 30 hari = 48
g à 1 resep dibulatkan menjadi 50 mg
(Cosmetics Fact Sheet, p. 38)
|
No.
|
Nama
Bahan
|
Sinonim
|
Bahan
Pengganti
|
Konsentrasi
|
1
Resep
|
1
Bets (3R)
|
|
|
Awal
|
Modifikasi
|
||||||
|
1.
|
Asam stearat
|
Stearic
acid
|
|
6%
|
13%
|
6.5 g
|
19.5 g
|
|
2.
|
KOH
|
Potassium
hydroxide
|
|
0.3%
|
0.6%
|
0.3 g
|
0.9 g
|
|
3.
|
Propilen glikol
|
|
|
-
|
5%
|
2.5 g
|
7.5 g
|
|
4.
|
Sari buah wortel
|
|
|
10%
|
10%
|
5 ml
|
15 ml
|
|
5.
|
Metilparaben
|
Nipagin
|
|
-
|
0.1%
|
0.05 g
|
0.15 g
|
|
6.
|
Propilparaben
|
Nipasol
|
|
-
|
0.05%
|
0.025 g
|
0.075 g
|
|
7.
|
Air
|
Water/Aqua
|
|
ad 100%
|
ad 100%
|
ad 50 g
|
ad 150 g
|
|
Perhitungan
Sisa Air:
a.
Untuk 1 resep
= 50 – (6.5 + 0.3 + 2.5 + 5 + 0.05 + 0.025) = 35.65 ml
b.
Untuk 1 bets =
150 – (19.5 + 0.9 + 7.5 + 15 + 0.15 + 0.075) = 106.94 ml
|
|||||||
IX.
Rancangan Cara Pembuatan
·
Pembuatan sari buah wortel
Menyaring
lalu mengambil bagian airnya
·
Pembuatan krim pelembab
Fase minyak: Fase
air:
Melelehkan
asam stearat Melelehkan
propilen glikol
di
atas penangas air Melarutkan
nipagin dan nipasol
dalam
propilen glikol dengan bantuan pemanasan
![]() |
|
|

Gerus
ad homogen
Modifikasi Bahan Aktif:
Nama bahan aktif
yang diganti:Filtrosol A
Alasan: Bahan kimia terkadang
memiliki efek berbahaya terhadap kulit. Banyak bahan kimia yang umum digunakan
dalam tabir surya tidak aman dalam penggunaan jangka waktu yang lama. Oleh
karena itu, produk dengan komponen alami (herbal) dirasa lebih aman untuk
digunakan (Korac and Khambholja,
2011).
Nama bahan
pengganti: sari buah wortel
Alasan:
·
Tanaman herbal telah digunakan dalam
obat-obatan dan kosmetik dari selama berabad-abad. Tanaman herbal memiliki
potensi tinggi karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Kemampuan tanaman
untuk melindungi diri dari radiasi UV matahari merupakan alasan utama penggunaan
tanaman sebagai bahan tabir surya (Korac and Khambholja,
2011).
·
Wortel
mengandung beta dan fenolik yang dapat menghindari kulit dari efek buruk
radiasi UV. Kandungan apigenin dalam wortel efektif untuk mencegah UVA/UVB
dalam menginduksi karsinogenesis pada kulit (Korac and Khambholja,
2011; Potter, dkk., 2011).
·
Wortel
mengandung vitamin E sebagai antioksidan (Potter, dkk., 2011).
Dalam sediaan tabir surya, di samping senyawa yang bersifat fotoprotektif,
diperlukan juga senyawa antioksidan (Astuti dan Setiawan).
Konsentrasi
terpilih: 10%
Alasan:
·
Ekstrak air buah wortel memiliki nilai
SPF sebesar 1.34 (Malsawmtluangi, dkk., 2013).
Modifikasi Bahan Tambahan:
Nama
bahan tambahan yang ditambahkan: propilen glikol
Alasan:
·
Propilen glikol
digunakan untuk melarutkan nipagin dan nipasol (kosolven) karena kedua bahan
tersebut sangat mudah larut dalam propilen glikol. Kelarutan nipagin dalam
propilen glikol = 1:5 (HPE 6th, p.443) dan kelarutan nipasol dalam
propilen glikol = 1:3,9 (HPE 6th, p.597).
·
Kombinasi
propilen glikol (2-5%) dengan nipagin dan nipasol dapat meningkatkan
efektivitas pengawet (HPE 6th, p.442).
Konsentrasi terpilih: 5%
Alasan:
Modifikasi Bahan Aktif:
Nama bahan aktif
yang diganti:Filtrosol A
Alasan: Bahan kimia terkadang
memiliki efek berbahaya terhadap kulit. Banyak bahan kimia yang umum digunakan
dalam tabir surya tidak aman dalam penggunaan jangka waktu yang lama. Oleh
karena itu, produk dengan komponen alami (herbal) dirasa lebih aman untuk
digunakan (Korac and Khambholja,
2011).
Nama bahan
pengganti: sari buah wortel
Alasan:
·
Tanaman herbal telah digunakan dalam
obat-obatan dan kosmetik dari selama berabad-abad. Tanaman herbal memiliki
potensi tinggi karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Kemampuan tanaman
untuk melindungi diri dari radiasi UV matahari merupakan alasan utama penggunaan
tanaman sebagai bahan tabir surya (Korac and Khambholja,
2011).
·
Wortel
mengandung beta dan fenolik yang dapat menghindari kulit dari efek buruk
radiasi UV. Kandungan apigenin dalam wortel efektif untuk mencegah UVA/UVB
dalam menginduksi karsinogenesis pada kulit (Korac and Khambholja,
2011; Potter, dkk., 2011).
·
Wortel
mengandung vitamin E sebagai antioksidan (Potter, dkk., 2011).
Dalam sediaan tabir surya, di samping senyawa yang bersifat fotoprotektif,
diperlukan juga senyawa antioksidan (Astuti dan Setiawan).
Konsentrasi
terpilih: 10%
Alasan:
·
Ekstrak air buah wortel memiliki nilai
SPF sebesar 1.34 (Malsawmtluangi, dkk., 2013).
Modifikasi Bahan Tambahan:
Nama
bahan tambahan yang ditambahkan: propilen glikol
Alasan:
·
Propilen glikol
digunakan untuk melarutkan nipagin dan nipasol (kosolven) karena kedua bahan
tersebut sangat mudah larut dalam propilen glikol. Kelarutan nipagin dalam
propilen glikol = 1:5 (HPE 6th, p.443) dan kelarutan nipasol dalam
propilen glikol = 1:3,9 (HPE 6th, p.597).
·
Kombinasi
propilen glikol (2-5%) dengan nipagin dan nipasol dapat meningkatkan
efektivitas pengawet (HPE 6th, p.442).
Konsentrasi terpilih: 5%
Alasan:
Uji
efektifitas tabir surya
·
In vitro
Menggunakan
alat spektrofotometer UV-Vis.
Krim diencerkan 4000 ppm à krim diambil 0.1 g dan dilarutkan dalam 25 ml
etanol 95%, dicampur ad homogen.
Spektrofotometer dikalibrasi dengan menggunakan
etanol 95%
Dibuat kurva serapan uji dengan panjang gelombang
antara 290-320 nm (gunakan etanol 95% sebagai blanko). Kemudian tetapkan
serapan rata-ratanya dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian
dihitung nilai SPFnya (Mokodompit, dkk., 2013).
·
In vivo
Hewan
uji: kelinci labino jantan galur New
Zealand
Pengujian
menggunakan lampu UV B sebagai sumber radiasi. Kelinci yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari bulu,
kemudian ditandai seluas 2x2 cm3. Dua puluh empat jam setelah
penyinaran diamaati ada tidaknya eritema pada bagian yang disinar.
Faktor pelindung
surya merupakan perbandingan nilai Minimal
Erythermal Dose (MED) setelah diberi sediaan tabir surya dengan nilai MED
sebelum diberi sediaan tabir surya (Gadri, dkk., 2011).
X.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar