Sabtu, 16 Mei 2015

sun screen parasol

I.                   Nama Sediaan Kosmetika    : Sunscreen bahan alam dalam bentuk sediaan krim
II.                Tujuan Pemakaian               : Mencegah atau mengurangi efek bahaya dari sinar UV
III.             Karakteristik Sediaan           :
·         Efektif mengabsorbsi radiasi erythrmogenic pada panjng gelombang 290-320 nm
·         Memungkinkan terjadinya transmisi pada panjang gelombang 300-400 nm untuk menghindari efek maksimum tanning
·         Tidak mudah menguap dan tahan terhadap air serta keringat
·         Harus memiliki karakteristik kelarutan yang sesuai untuk menentukan pembawa yang tepat untuk mengakomodai syarat jumlah sunscreen
·         Tidak berbau atau sedikit berbau namun masih dapat diterima oleh pengguna dan memiliki karakter fisik yang memuaskan
·         Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak membuat kulit sensitive
·         Dapat melindungi dalam beberapa jam
·         Harus stabil selama pemakaian
·         Tidak mewarnai pakaian (Harry’s Cosmeticology, p.232)
·         Mudah digunakan, jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan, bahan aktif kompatibel dengan bahan tambahan lain, bahan dasar dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (FDA, 2003)
IV.             Rancangan Modifikasi Formula
(halaman 2)


Formula Standar
(Harry’s Cosmeticology)
Formula Pembanding
Parasol
(Face Sunscreen Cream)
Formula modifikasi terhadap formula standar
Nama bahan
Fungsi
Konsentrasi
Nama bahan
Fungsi
Nama bahan
Fungsi
Konsentrasi
Lazim
Terpilih
* Filtrosol A:

5%
Octyl methoxycinnamate (M)
Chemical Sunscreen
(UVB absorber)
(Md 36th, p.1608)
* Sari buah wortel (A)
Sunscreen agent

10%
(Malsawmtluangi, dkk., 2013)
Avobenzone (M)
Sunscreen
(UVA absorber)
(Md 36th, p.1589)

Titanium dioxide (M)
Physical Sunscreen
 (Md 36th, p.1618)




Ensulizole (M)
Sunscreen
(against UVB light)
 (Md 36th, p.1597)

4-Methylbenzylidene camphor (M)
Against UVB
(Md 36th, p.1597)




Octinoxate (M)
Sunscreen
(UVB absorber)
(Md 36th, p.1608)






Oxybenzone (M)
Sunscreen
(UVA and UVB  absorber)
(Md 36th, p.1608)





Asam stearat (M)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.697)
6%
Asam stearat (M)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.697)
Asam stearat (M)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.697)
1-20%
(HPE 6th, p.697)
6%
* Setil alkohol (M)
Stiffening agent
(HPE 6th, p.155)
0.5%
Cetyl alcohol (M)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.155)
* Setil alkohol (M)
Stiffening agent
(HPE 6th, p.155)
2-10%
2%
Veegum (M)
Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)
2.28%
Sorbitan stearate (M)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.675)
Veegum (M)
Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)

2.28%
Air (A)
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
85.42%
Akuades (A)
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
Akuades (A)
Pelarut
(HPE 6th, p.766)


Borax (A)
Emulsifiying agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)
0.5%


Borax (A)
Emulsifiying agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)

0.5%
KOH (A)
Alkalizing agent
(HPE 6th, p.576)
0.3%


KOH (A)
Alkalizing agent
(HPE 6th, p.576)

0.3%
Parfum
Memberi aroma
q.s.






Pengawet
Mengawetkan
q.s.


Methylparaben (A)
Antimicrobial preservative
(HPE 6th, p.441)
0.02-0.3%
(HPE 6th, p.442)
0.1%





Propylparaben (A)
Antimicrobial preservative
(HPE 6th, p.596)
0.01-0.6%
(HPE 6th, p.596)
0.05%



* Propylene glycol
Humektan
(HPE 6th, p.592)
* Propylene glycol (A)
Humectant, Cosolvent
(HPE 6th, p.592)
5-80%
15%



Carbomer (A)
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.110)







Glyceryl stearate (M)
Emollient, emulsifying agent
(HPE 6th, p.290)







Cetearyl alcohol (M)
Stiffening agent
(HPE 6th, p.700)







Talc (M)
Lubricant
(HPE 6th, p.728)







Petrolatum (M)
Emollient
 (HPE 6th, p.482)







Triethanolamine (A)
Alkalizing agent
(HPE 6th, p.754)







Sodium chloride (A)
Tonicity agent
 (HPE 6th, p.637)







BHT (M)
Antioksidan
 (HPE 6th, p.75)







PEG 90 (A)
Plasticizer
(HPE 6th, p.517)







Tocopheryl acetate (M)
Substansi vitamin E
(Md 36th, p.1992)







Hydrogenated polyisobutene








CI 77491
Memberikan warna cokelat
(Flick, 1991; p.75)







CI 77492







CI 77499







Methylisothiazolinone
Preservative
(Md 36th, p.1651)







Iodopropynyl butyl carbamate
Preservative
(Md 36th, p.2045)







Caprylic acid/capric triglyceride (A)
Antifungal
 (Md 36th, p.2356)






Formula standar
Bentuk sediaan   : sunscreen cream
Tipe emulsi         : o/w
Alasan                : karena fase air lebih banyak daripada fase minyak
HLB                    : 15.5






Formula pembanding
Bentuk sediaan   : sunscreen cream
Merk                   : Parasol
Tipe emulsi         :








Formula modifikasi
Bentuk sediaan   : sunscreen cream
Tipe emulsi         : o/w
Alasan                : komponen fase air lebih banyak
HLB                    : 15.5

X.                Spesifikasi Sediaan Akhir

No
Kriteria Uji
Spesifikasi
1.
Organoleptis:
Warna
Bentuk
Bau

Putih
Opaque
Tidak berbau
(Sutrisno, 2014)
2.
pH
6-7

3.
Homogenitas
Homogen

4.
Viskositas
30000-700000 cps

5.
Daya sebar
Mudah menyebar

6.
Daya tercucikan air
Mudah tercucikan air

7.
Tipe emulsi
o/w
8.
Ukuran partikel
1-100 µm

9.
Iritasi
Tidak mengiritasi

10.
Efektivitas
Efektif melembabkan kulit dengan nilai total (AUC) 2.15 + 0.71 mg/4 jam

11.
Aseptabilitas

Kemudahan diratakan
Kelembutan
Kemudahan dibersihkan
Mudah diratakan
Lembut
Mudah dibersihkan

IX.             Rancangan Evaluasi
Uji Mutu Fisik Krim
1.      Organoleptis
Penentuan organoleptis sedian meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Sediaan pelembab harus memiliki bentuk krim (semisolid), warna putih (Sutrisno, 2014).


2.      pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menimbang sediaan sebanyak 1 gram, melarutkan sediaan dalam akuades hingga 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam krim yang telah diencerkan hingga pH meter menunjukkan angka yang stabil. pH krim pelembab harus sesuai dengan pH kulit, yaitu 6-7 (Sutrisno, 2014).

3.      Homogenitas
Uji homogenitas sediaan dilakukan dengan menimbang sediaan sebanyak 0,5 gram di atas wadah kemudian diamati secara visual dan sensoris (diraba). Bahan dalam sediaan harus homogen (Sutrisno, 2014).
Kriteria hasil uji homogenitas:

Kriteria
Interpretasi hasil
Skor
Sediaan memisah dan ada agregat
Tidak homogen (-)
0
Sediaan tidak memisah dan ada agregat
Kurang homogen (+)
1
Sediaan tidak memisah atau mengendap dan tidak ada agregat
Homogen (++)
2

4.      Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan memasukkan 250 ml sediaan ke dalam beaker glass. Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield. Viskositas sediaan krim adalah 30000-700000 cps (Sutrisno, 2014).

5.      Daya sebar
Uji daya sebar sediaan dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan di atas kertas grafik yang dilapisi kaca transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) kemudian dihitung luas daerah yang diberikan oleh sediaan. Kemudian ditutup lagi dengan lempeng kaca yang diberi beban dengan berat tertentu (10 g, 20 g, 100 g) dan dibiarkan selama 60 detik. Setelah itu dihitung luas yang diberikan oleh sediaan. (Sutrisno, 2014).
Kriteria uji daya sebar:

Diameter penyebaran
Interpretasi hasil
Skor
<3 cm
Sukar menyebar (-)
0
3-5  cm
Mudah menyebar (+)
1
>5 cm
Sangat mudah menyebar (++)
2

6.      Daya tercucikan air
Sediaan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dioleskan pada telapak tangan dan dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dari buret dengan kecepatan 0.25 tetes/detik lalu diamati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada telapak tangan. Sediaan krim pelembab harus mudah tercucikan air (Sutrisno, 2014).
Kriteria penilaian uji tercucikan air:

Kriteria
Interpretasi hasil
Skor
> 20 ml
Tidak mudah tercucikan air (-)
0
10-20 ml
Mudah tercucikan air (+)
1
< 10 ml
Sangat mudah tercucikan air (++)
2


7.      Tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menimbang 0,1 gram sediaan lalu ditetesi 1 tetes pewarna larut air, kemudian diamati penyebaran warna metilen biru dalam sediaan di bawah mikroskop. Warna yang tersebar merata pada sediaan krim menunjukkan tipe emulsi minyak dalam air (o/w), sedangkan warna yang berupa bitnik-bintik menunjukkan tipe air dalam minyak (w/o). Sediaan krim pelembab seharusnya memiliki tipe emulsi minyak dalam air (o/w) (Sutrisno, 2014).

8.      Ukuran partikel
Pengukuran distribusi ukuran partikel diamati dengan mikroskop dan micrometer okuler. Sediaan ditimbang sebanyak 0,1 gram kemudian diencerkan dengan akuades hingga 1 ml. Hasil pengenceran diambil sedikit demi sedikit dan di teteskan pada kaca obyek lalu sebanyak 300 partikel diukur diameternya. Batas ukuran partikel emulsi adalah 1-100 µm (Sutrisno, 2014).

Uji Keamanan
Uji iritasi dilakukan pada 10 orang panelis. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji temple terbuka (patch test) yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan kanan panelis seluas 2,5 cm2 dan punggung tangan kiri diolesi dengan formula krim. Uji iritasi dilakukan pada tempat yang sama selama 3 hari berturut-turut setelah pembuatan dan pada hai terakhir penyimpanan untuk masing-masing sediaan, gejala yang timbul diamati lalu hasinya dibandingkan dengan hasil olesan pada punggung tangan kiri (Sutrisno, 2014). Kriteria hasil evaluasi uji iritasi:

Kriteria penilaian
Tanda
Skor
Kemerahan, gatal-gatal, bengkak
++
0
Kemerahan dan gatal-gatal
+
1
Tidak mengiritasi
-
2


Uji Efektivitas Pelembab
Uji efektivitas pelembab dilakukan untuk mengetahui dasar kemampuan sediaan air dalam mempertahankan kadar air dalam kulit. Uji efektivitas pelembab dilakukan secara in vitro yaitu dengan melakukan modifikasi uji pelembab metode the sorbtion-desoption test. Uji ini dilakukan dengan membuat gel hidrofilik CMC Na 3% dan pengawet Na Benzoat 0,5% dan air sampai 100% yang diletakkan pada suatu wadah dengan diameter 4,6 cm dan tinggi 2,5 cm. campuran ini merupakan simulasi kandungan air dalam kulit. Selanjutnya dilakukan impregnasi membran milipore dengan cara membran milipore ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu yang telah diisi dengan isopropyl miristat sapai membrane milipore terendam, membran direndam selama 1 jam lalu diangkat. Kelebihan isopropyl miristat yang masih menempel pada membran dihilangkan dengan meletakkan membrane milipore diantara dua kertas saring dan dibiarkan selama 24 jam. Membran kulit disimulasikan dengan membrane milipore yang telah diimpregnasi dengan Isopropyl Myristate (IPM) dan ditempelkan pada wadah yang berisi gel hidrofilik. Membran milipore yang sudah diimpregnasi ditimbang dan masing-masing formula pelembab diaplikasikan dengan bobot 2 gram dan dioleskan di atas membrane milipore di permukaan wadah. Sediaan uji disimpan di climatic chamber pada suhu 32 ± 1°C dengan kelembaban (RH) 70-80. Penimbangan dan pencatatan bobot sediaan uji (gram) dilakukan pada jam ke 1, 2, dan 4 jam setelah pembuatan. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula dan control (Minarsih, 2005). Suatu sediaan dikatakan efektif melembabkan kulit dengan nilai total (AUC) 27,05±5,15 mg/jam (Sutrisno, 2014).

Uji Aseptabilitas
Uji aseptabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan responden yang telah bersedia untuk menjadi subyek percobaan. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 orang yang dipilih secara acak. Responden akan diminta untuk menggunakan krim pelembab kulit buah manggis pada lengan bagian atas dan diminta pendapatnya mengenai kemudahan diratakan, sensasi dingin dan kemudahan dibersihkan (Sutrisno, 2014). Kriteria penilaian dari uji aseptabilitas:
Parameter penilaian uji aseptabilitas
Kemudahan diratakan
Sensasi dingin
Kemudahan dibersihkan
Interpretasi hasil
Skor
Interpretasi hasil
Skor
Interpretasi hasil
Skor
Sulit (+)
0
Sedikit dingin (+)
0
Sulit (+)
0
Mudah (++)
1
Dingin (++)
1
Mudah (++)
1
Sangat mudah (+++)
2
Sangat dingin (+++)
2
Sangat mudah (+++)
2

X.                Rancangan Kemasan
Wadah yang digunakan: pot krim 50 gram

V.                Matriks Formula Hasil Modifikasi
No.
Nama Bahan
Sifat Kimia
Sifat Fisika
Kadar
Fungsi
Nilai HLB
Alasan pemakaian
pH dan stabilitas
Pemerian dan Kelarutan
Lazim
Terpilih
1.
Asam stearat (M)
Bahan yang stabil, dapat ditambahkan antioksidan (HPE 6th, p.698).
Keras, putih atau sedikit berwarna kekuningan, mengkilap, padatan kristal atau serbuk putih/putih kekuningan. Sedikit berbau dan berasa seperti lemak.
Sangat larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol. Praktis tidak larut dalam air (HPE 6th, p.697).
1-20%
(HPE 6th, p.697)
6%
Emulsifying agent
(HPE 6th, p.697)
15
Banyak digunakan dalam sediaan topikal, tidak toksik dan tidak mengiritasi (HPE 6th, p.698).
2.
KOH (A)
pH = 13.5 (larutan air 0.1 M)
(HPE 6th, p.576)
Massa bergabung putih atau hampir putih. Berbentuk pelet, kepingan, tongkat kecil dan bentuk lainnya. Keras, rapuh dan seperti pecahan kristal. Higroskopis dan mencair; dalam udara dengan cepat mengabsorbsi karbon dioksida dan air membentuk kalium karbonat (HPE 6th, p.576).
Kelarutan: dalam etanol (95%)=1:3, dalam eter à praktis tidak larut, dalam gliserin=1:2.5, dalam air=1:0.9 dan 1:0.6 (100°C) (HPE 6th, p.576).

-
0.3%
Alkalizing agent
(HPE 6th, p.576)
-
Sebagai penetral asam stearat untuk membentuk basis krim (HPE 6th, p.697).
3.
Propilen glikol (A)
Teroksidasi dalam suhu tinggi pada keadaan terbuka. Stabil dalam gliserin, air (HPE 6th, p.592)
Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, rasa manis mirip gliserin.
Kelarutan: larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air; larut 1:6 dalam eer, tidak larut dalam mineral oil atau fixed oil tetapi larut dalam beberapa minyak esensial HPE 6th, p.592)
15%
(HPE 6th, p.592)
15%
Humectant, cosolvent
(HPE 6th, p.592)
-
Untuk melarutkan nipagin dan nipasol. Sebagai humektan.
4.
Setil alkohol




Stiffening agent
(HPE 6th, p.155)


5.
Veegum




Oil repellent
(Harry’s Cosmeticology, p.83)


6.
Borax




Emulsifiying agent
(Harry’s Cosmeticology, p.55)


7.
Metilparaben (A)
4-8
(HPE 6th, p.442)

Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki sedikit rasa membakar (HPE 6th, p.442).
Kelarutan:
Ethanol= 1 in 2
Ethanol (95%)= 1 in 3
Ethanol (50%)= 1 in 6
Ether= 1 in 10
Glycerin= 1 in 60
Mineral oil= Practically insoluble
Peanut oil= 1 in 200
Propylene glycol= 1 in 5
Water= 1 in 400, 1 in 50 at 508°C, 1 in 30 at 808°C
(HPE 6th, p.442)
0.02-0.3%

(HPE 6th, p.442)
0.1%
Antimicrobial preservative
(HPE 6th, p.441)
-
Paling banyak digunakan sebagai pengawet pada sediaan kosmetik (HPE 6th, p.441).
Tidak mutagenik, tidak teratogenik, dan tidak karsinogenik (HPE 6th, p.443).
8.
Propilparaben (A)
4-8
(HPE 6th, p.596)
Serbuk putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa (HPE 6th, p.596).
Kelarutan:
Acetone Freely soluble
Ethanol (95%) 1 in 1.1
Ethanol (50%) 1 in 5.6
Ether Freely soluble
Glycerin 1 in 250
Mineral oil 1 in 3330
Peanut oil 1 in 70
Propylene glycol 1 in 3.9
Propylene glycol (50%) 1 in 110
Water 1 in 4350 at 158C
1 in 2500
1 in 225 at 808C
(HPE 6th, p.597)
0.01-0.6%

(HPE 6th, p.596)
0.05%
Antimicrobial preservative
(HPE 6th, p.596)
-
Cukup banyak digunakan sebagai pengawet pada sediaan kosmetik (HPE 6th, p.596).


9.
Air (A)


-
68.65%
Pelarut
(HPE 6th, p.766)
-


VI.             Bentuk Sediaan Dasar
a.       Bentuk                        : vanishing cream
b.      Definisi                       : Krim vanishing adalah basis krim yang ketika digunakan atau digosokkan pada kulit, akan lenyap, atau hanya akan sedikit terlihat sisa keberadaan krim tersebut. Basis krim ini merupakan basis krim o/w yang dapat dicuci dengan air (Lachman, dkk., 1994)
c.       Persyaratan umum       :
Krim yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mudah dioleskan dan merata pada kulit, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak menodai pakaian, tidak berbau tengik, bebas dari partikel keras dan tajam, tidak mengiritasi kulit, dan tempat penyimpanannya harus sesuai dengan sifat krim yang dibuat (Wilkinson, 1982). Basis krim vanishing memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt, 1995).

VII.          Bentuk Sediaan Kosmetik Terpilih
a.       Bentuk                        : krim tabir surya
b.      Definisi                       : Material serbuk yang opaque, ketika diaplikasikan di kulit pada kondisi kering atau digunakan bersama pembawa yang sesuai, akan mampu memecah sinar ultraviolet (Wilkinson, 1982).
c.       Persyaratan umum       :
Harus efektif dalam mengabsorpsi radiasi eritmogenik (290 – 320 nm), harus mampu menghantarkan gelombang dengan range 300 – 400 nm untuk menghasilkan efek penghitaman yang maksimum, tidak menguap dan resisten terhadap air serta perspirasi, tidak berbau atau setidaknya berbau lemah (masih bisa diterima konsumen) dan terdapat rasa nyaman terhadap karakteristik fisika lainnya seperti stickiness, non toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sensitisasi, harus mampu memberikan efek proteksi selama beberapa jam, stabil, tidak mewarnai pakaian. (Wilkinson, 1982).



VIII.       Susunan Formula

Luas permukaan wajah wanita (1/2 kepala) = 565 cm2
Jumlah krim/aplikasi = 0.8 g à penggunaan 1-2 x sehari
Untuk 2x pemakaian / hari = 2 x 0.8 g x 30 hari = 48 g à 1 resep dibulatkan menjadi 50 mg
(Cosmetics Fact Sheet, p. 38)


No.
Nama Bahan
Sinonim
Bahan Pengganti
Konsentrasi
1 Resep
1 Bets (3R)
Awal
Modifikasi
1.
Asam stearat
Stearic acid

6%
13%
6.5 g
19.5 g
2.
KOH
Potassium hydroxide

0.3%
0.6%
0.3 g
0.9 g
3.
Propilen glikol


-
5%
2.5 g
7.5 g
4.
Sari buah wortel


10%
10%
5 ml
15 ml
5.
Metilparaben
Nipagin

-
0.1%
0.05 g
0.15 g
6.
Propilparaben
Nipasol

-
0.05%
0.025 g
0.075 g
7.
Air
Water/Aqua

ad 100%
ad 100%
ad 50 g
ad 150 g
Perhitungan Sisa Air:

a.       Untuk 1 resep = 50 – (6.5 + 0.3 + 2.5 + 5 + 0.05 + 0.025) = 35.65 ml

b.      Untuk 1 bets = 150 – (19.5 + 0.9 + 7.5 + 15 + 0.15 + 0.075) = 106.94 ml



IX.             Rancangan Cara Pembuatan

·         Pembuatan sari buah wortel

Membersihkan wortel

Memotong-motong wortel menjadi bagian yang lebih kecil

Memblender potongan wortel

Menyaring lalu mengambil bagian airnya











·         Pembuatan krim pelembab
                                                 Fase minyak:                                                                             Fase air:
                                         Melelehkan asam stearat                                                     Melelehkan propilen glikol
                                             di atas penangas air                                                 Melarutkan nipagin dan nipasol
                                                                                                dalam propilen glikol dengan bantuan pemanasan
                                                                                                                                                           
 




Larutan KOH dalam 1 ml air
 
Sisa air panas = 105.94 ml
 
                                                                                
                                                                                       Suhu pencampuran 70°C

                                                                                   Gerus ad terbentuk masa krim

                                                                             Menambahkan sari buah wortel 15 ml

                                                                                            Gerus ad homogen         

Modifikasi Bahan Aktif:
Nama bahan aktif yang diganti:Filtrosol A
Alasan:  Bahan kimia terkadang memiliki efek berbahaya terhadap kulit. Banyak bahan kimia yang umum digunakan dalam tabir surya tidak aman dalam penggunaan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, produk dengan komponen alami (herbal) dirasa lebih aman untuk digunakan (Korac and Khambholja, 2011).

Nama bahan pengganti: sari buah wortel
Alasan:
·         Tanaman herbal telah digunakan dalam obat-obatan dan kosmetik dari selama berabad-abad. Tanaman herbal memiliki potensi tinggi karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Kemampuan tanaman untuk melindungi diri dari radiasi UV matahari merupakan alasan utama penggunaan tanaman sebagai bahan tabir surya (Korac and Khambholja, 2011).
·         Wortel mengandung beta dan fenolik yang dapat menghindari kulit dari efek buruk radiasi UV. Kandungan apigenin dalam wortel efektif untuk mencegah UVA/UVB dalam menginduksi karsinogenesis pada kulit (Korac and Khambholja, 2011; Potter, dkk., 2011).
·         Wortel mengandung vitamin E sebagai antioksidan (Potter, dkk., 2011). Dalam sediaan tabir surya, di samping senyawa yang bersifat fotoprotektif, diperlukan juga senyawa antioksidan (Astuti dan Setiawan).

Konsentrasi terpilih: 10%
Alasan:
·         Ekstrak air buah wortel memiliki nilai SPF sebesar 1.34 (Malsawmtluangi, dkk., 2013).

Modifikasi Bahan Tambahan:
Nama bahan tambahan yang ditambahkan: propilen glikol
Alasan:
·         Propilen glikol digunakan untuk melarutkan nipagin dan nipasol (kosolven) karena kedua bahan tersebut sangat mudah larut dalam propilen glikol. Kelarutan nipagin dalam propilen glikol = 1:5 (HPE 6th, p.443) dan kelarutan nipasol dalam propilen glikol = 1:3,9 (HPE 6th, p.597).
·         Kombinasi propilen glikol (2-5%) dengan nipagin dan nipasol dapat meningkatkan efektivitas pengawet (HPE 6th, p.442).
Konsentrasi terpilih: 5%
Alasan:
                                                                      
Modifikasi Bahan Aktif:
Nama bahan aktif yang diganti:Filtrosol A
Alasan:  Bahan kimia terkadang memiliki efek berbahaya terhadap kulit. Banyak bahan kimia yang umum digunakan dalam tabir surya tidak aman dalam penggunaan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, produk dengan komponen alami (herbal) dirasa lebih aman untuk digunakan (Korac and Khambholja, 2011).

Nama bahan pengganti: sari buah wortel
Alasan:
·         Tanaman herbal telah digunakan dalam obat-obatan dan kosmetik dari selama berabad-abad. Tanaman herbal memiliki potensi tinggi karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Kemampuan tanaman untuk melindungi diri dari radiasi UV matahari merupakan alasan utama penggunaan tanaman sebagai bahan tabir surya (Korac and Khambholja, 2011).
·         Wortel mengandung beta dan fenolik yang dapat menghindari kulit dari efek buruk radiasi UV. Kandungan apigenin dalam wortel efektif untuk mencegah UVA/UVB dalam menginduksi karsinogenesis pada kulit (Korac and Khambholja, 2011; Potter, dkk., 2011).
·         Wortel mengandung vitamin E sebagai antioksidan (Potter, dkk., 2011). Dalam sediaan tabir surya, di samping senyawa yang bersifat fotoprotektif, diperlukan juga senyawa antioksidan (Astuti dan Setiawan).

Konsentrasi terpilih: 10%
Alasan:
·         Ekstrak air buah wortel memiliki nilai SPF sebesar 1.34 (Malsawmtluangi, dkk., 2013).

Modifikasi Bahan Tambahan:
Nama bahan tambahan yang ditambahkan: propilen glikol
Alasan:
·         Propilen glikol digunakan untuk melarutkan nipagin dan nipasol (kosolven) karena kedua bahan tersebut sangat mudah larut dalam propilen glikol. Kelarutan nipagin dalam propilen glikol = 1:5 (HPE 6th, p.443) dan kelarutan nipasol dalam propilen glikol = 1:3,9 (HPE 6th, p.597).
·         Kombinasi propilen glikol (2-5%) dengan nipagin dan nipasol dapat meningkatkan efektivitas pengawet (HPE 6th, p.442).
Konsentrasi terpilih: 5%
Alasan:
                                                                      
Uji efektifitas tabir surya
·         In vitro
Menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Krim diencerkan 4000 ppm à krim diambil 0.1 g dan dilarutkan dalam 25 ml etanol 95%, dicampur ad homogen.
Spektrofotometer dikalibrasi dengan menggunakan etanol 95%
Dibuat kurva serapan uji dengan panjang gelombang antara 290-320 nm (gunakan etanol 95% sebagai blanko). Kemudian tetapkan serapan rata-ratanya dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya (Mokodompit, dkk., 2013).

·         In vivo
Hewan uji: kelinci labino jantan galur New Zealand
Pengujian menggunakan lampu UV B sebagai sumber radiasi. Kelinci yang akan digunakan  terlebih dahulu dibersihkan dari bulu, kemudian ditandai seluas 2x2 cm3. Dua puluh empat jam setelah penyinaran diamaati ada tidaknya eritema pada bagian yang disinar.
Faktor pelindung surya merupakan perbandingan nilai Minimal Erythermal Dose (MED) setelah diberi sediaan tabir surya dengan nilai MED sebelum diberi sediaan tabir surya (Gadri, dkk., 2011).

X.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar