Sabtu, 16 Mei 2015

Nail Cream

Nama Sediaan Kosmetika : Krim kuku (Nail cream)
Tujuan Pemakaian :
Krim yang dapat melembabkan dan mencegah kulit kuku dari kekeringan (Wilkinson, 1982) serta dapat melembutkan kutikula dan mencegah kuku dari pecah – pecah dan bergaris (Schlossman, 2000).

Karakteristik sediaan :
Kuku merupakan alat tambahan kulit yang mempunyai fungsi fisiologis untuk melindungi ujung jari dan fungsi estetis untuk menunjang penampilan. Secara estetis kriteria kuku sehat adalah: 1) ukuran kuku (rasio panjang dan lebar lebih dari satu kecuali ibu jari), 2) tekstur permukaan kuku (lempeng kuku ideal halus dan mengkilat tanpa permukaan yang ireguler), 3) warna kuku (lempeng kuku yang menarik adalah transparan, yang mencerminkan warna struktur bawahnya; pink dari nail bed dan putih dari matriks pada lunula dan dari udara dibawah kuku pada tepi bebas kuku), 4) integritas perionikia (jaringan sekitar kuku yaitu kutikula, lipatan kuku proksimal, dan hiponikia). Kuku ideal berbentuk oval, panjang, dan nail plate melengkung tranversal (Haryanti, et. al., 1990).
Kuku memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Kuku dapat memproteksi bagian ujung dari tulang jari, memberikan bantuan pada saat proses sentuhan dan mampu membantu jari dalam mengangkat benda – benda kecil. Selain itu, kuku juga memiliki fungsi lain, yaitu menggaruk (Schlossmann, 2000).
Kuku terdiri dari 3 lapisan yaitu: 1) lapisan lembut yang dikenal sebagai ventral, 2) lapisan tengah yang tersusun dari keratin yang keras, 3) lapisan terluar yang dikenal sebagai dorsal. Kandungan yang terdapat pada kuku yaitu: 1) struktur protein fibrous yang mengandung banyak sekali sistein, metionin, tirosin, lisin dan histidin, 2) kalsium dalam jumlah kecil (2 bagian per 1000 bobot), 3) air (12 – 14%), dan 4) material lemak seperti kolesterol (Schlossmann, 2000).
Meningkatnya kebutuhan untuk mendapatkan kuku yang ideal, membuat kosmetika kuku makin berkembang untuk menyamarkan kondisi kuku yang sebenarnya dan memperbaiki penampilan kuku. Terdapat berbagai macam kosmetik untuk kuku, diantaranya adalah: nail polish, nail hardener, nail cuticle remover, nail enamel remover, pelembab kuku (nail moisturizer),nail white, nail polish drier, dan nail buffing cream (Haryanti, et. al.,1990).
Salah satu kosmetik kuku yang dikenal adalah nail cuticle softener. Sediaan cuticle softener cream ini, bertujuan untuk melembutkan kutikula dan disaat yang sama mencegah kuku agar tidak rapuh. Senyawa lanolin dan formula yang kaya protein bisa digunakan untuk tujuan di atas. Selain itu, terdapat pula senyawa cuticle oil yang dapat dibentuk dari derivat lanolin cair yang larut lemak yang dilarutkan dengan minyak sayur atau ester asam lemak (Schlossmann, 2000).








Rancangan Modifikasi Formula
Formula
Standar
Cuticle massage cream  (Schlossmann, 2000, pg. 326) Pembanding
(merk : Viva NailCream) Modifikasi
(modifikasi terhadap formulastandar)
Nama Bahan Fungsi Konsentrasi % Nama Bahan Fungsi Konsentrasi % Nama Bahan Fungsi Konsentrasi %
Lazim Terpilih Lazim Terpilih Lazim Terpilih
Lanolin anhidrat (M) Emulsifying agent; ointment base(pelunak kutikula) (HPE 5 p.399) > 0.02 10 Lanolin (M)
(HPE 5 p.399) Emulsifying agent; ointment base > 0.02% 10%
Asam stearat (M) Emulsifying agent
(HPE 5 p.737) 1-20 2 Stearic Acid (M)
(HPE 5 p.737) Emulsifying agent
1-20% 2%
Isopropil miristat (M) Peningkat penetrasi (HPE 5th ed halaman 374) 1-10 3 Isopropil miristat (M) Peningkat penetrasi (HPE 5th ed halaman 374) 1-10 3%
Triethanolamine (A)
(HPE 5 p.794) Alkalizing agent; emulsifying agent 3-4 1 TEA (M)
(HPE 5 p.794) Alkalizing agent; emulsifying agent 3-4% 1%
Veegum (A) Peningkat viskositas, penstabil (HPE 5th ed,) 1,5 Veegum (A) Peningkat viskositas, penstabil (HPE 5th ed,) 1,5%
Hydrolised animal protein (A) Penutrisi kuku (HPE 5th ed, ) 5
Cetil Alkohol (M) Stiffening agent (HPE ed 6, p.155) 2-10 2 Cetyl Alkohol (M)
(HPE p.155) emulsifying agent; stiffening agent 2-10% 3%
Imidazidinyl urea (A) Pengawet 0,2
Gliserin (A)
(HPE 5 p.301) humectant ≤ 30 4 Gliserin (A)
(HPE 5 p.301) Humectant Gliserin (A) (HPE 5 p.301) humectant ≤ 30% 4%
Metyl Paraben (A)
(Nipagin HPE 5 p.466) Antimicrobial preservative 0,02-0,3 0,25 Metyl Paraben (A)
(Nipagin HPE 5 p.466) Antimicrobial preservative 0,02-0,3% 0,25%
Propil Paraben (A)
(Nipasol HPE 5 p.629) Antimicrobial preservative 0,01-0,06 0,2 Propil Paraben (A)
(Nipasol HPE 5 p.629) Antimicrobial preservative 0,01-0,06% 0.2%
Water Solvent qs Water (A) Solvent Water (A) Solvent qs 71,05%
Panthenol (M) membantu proses pembentukan pigmen pada kulit, pelembab
Squalene (M) Penutrisi kuku/emollient Squalene (M) Penutrisi kuku/emollient (vitamin E) - 5%
Stearil Alkohol(HPE 5 p.740) (M) Stiffening agent
Prunus amygdalus dulcis oil/prunus amigdalus dulcis (sweet almond oil) (M) Pelunak kutikula
Butyrospermumparkii/butyrospermumparkiishaea butter (M) Skin conditioning, Emollient
Ethylhexyl palmitate (M) Emollient
Myristil myristate (M) Emollient
Isopropil palmitate (A) Peningkat viskositas
Glycine Soja oil/glycin soja (soybean oil) (M) Penutrisi kuku
Ethyl hexyl stearate (M) Penstabil kandungan minyak
Dimeticone(HPE 5 p.244) (A) Waterproof
Benzyl alkohol (A) Pengawet
Glyceril stearate (M) Emollient, emulsifying
Melhoney/miel
Propilen Glikol(HPE 5 p.624) (A) Humectant
PEG 100 stearate (M)
Phenoxyethanol (A)
Phenetyl alcohol (A)
Bertholletiaexchelsasit oil (M)
Xanthan Gum (A) Emulsifying agent
Parfum/fragrance (A) Pewangi
Kaprililglikol (A)
Disetil fosfat (A)
Ceteth 10 fosfat (A)
Acrylates/c-10-30 alkylacrilatechross polymer (A)
Tetrasodium glutamat diasetat (A)
Hexyl cinamal (A)
Sodium hydroxide (A)
Linalool (A)
Gliseril Stearat(Glyceryl Monostearate HPE 5 p.308) (M) Emollient; emulsifying agent; solubilizing agent;
Hydroxicitronellal (A)
Limonenec(A)
Cowmarine (A)
Citric acid (A)
Cl 15985/yellow 6 (A) Pewarna
Bentuk Sediaan : Cream O/W
Alasan: krim ini mudah dibersihkan dari kulit, dapat dicuci dengan air emulgator untuk membentuk emulsi, umumnya dapat larut dalam air yang mudah dibasahi dengan air ( Scoville’s the art of Compounding ed IX, p.261-269).
Bentuk Sediaan : Cream O/W
Alasan: krim ini mudah dibersihkan dari kulit, dapat dicuci dengan air emulgator untuk membentuk emulsi, umumnya dapat larut dalam air yang mudah dibasahi dengan air ( Scoville’s the art of Compounding ed IX, p.261-269).
Bentuk Sediaan : Cream O/W
Alasan: krim ini mudah dibersihkan dari kulit, dapat dicuci dengan air emulgator untuk membentuk emulsi, umumnya dapat larut dalam air yang mudah dibasahi dengan air ( Scoville’s the art of Compounding ed IX, p.261-269).

PENJELASAN TERHADAP FORMULA MODIFIKASI
Modifikasi Bahan Aktif :
Nama Bahan Aktif yang diganti :Hydrolised animal protein
Alasan : karena collagen tidak tersedia di laboraturium dan fungsinya dapat digantikan dengan squalene.yaitu sebagai elastisitas kulit.
Nama Bahan Pengganti :Squalene
Alasan : Squalene memiliki kelebihan yaitu dapat melembutkan dan menghaluskan kulit, serta dapat menjadi antiaging dan menyamarkan bekas luka pada kulit (Huan,Lin,Fang,2009)
Konsentrasi Terpilih :5%
Alasan :karena mengacu pada formula nail treatment cream pada pustaka Cosmetic & Toiletery Formulations 2nd edition Vol 2 pg 296. Modifikasi Bahan Tambahan Penyusun Basis :
Nama Bahan Tambahan yang ditambahkan:Konsentrasi Setil alkohol
Alasan pengganti :karena terdapat penambahan squalene yg memiliki konsistensi cair menyebabkan krim menjadi lebih encer.
Nama Bahan Pengganti : Setil alkohol
Alasan :Peningkatan setil alkohol diharapkan dapat membuat konsistensi sediaan menjadi lebih padat dan tidak encer.
Konsentrasi Terpilih : 3%
Alasan : Rentang konsentrasi lazim setil alkohol adalah 2 – 5% (Rowe, et.al., 2009). Konsentrasi yang digunakan tidak terlalu tinggi karena dikhawatirkan sediaan menjadi terlalu keras, sehingga tidak dapat dikeluarkan dari wadah.






PERHITUNGAN HLB
Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi

Perhitungan HLB Sediaan Formula Standar (*)
Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Sediaan
Lanolin anhidrat 10 10 10/17 x10=5,88
Isopropil miristat 3 11,5 3/17 x11,5=2,03
Asam stearat 2 15 2/17 x15=1,76
Setil alkohol 2 15,5 2/17 x15,5=1,82
Total 17 11,49
Berdasarkan perhitungan tersebut maka sediaan formula standard ini dapat digolongkan sebagai sediaan o/w. Hal tersebut juga dapat dilihat dari komposisi fase air yang lebih tinggi daripada komposisi fase minyak.

Perhitungan HLB Sediaan Formula Modifikasi (**)
Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Butuh
Lanolin anhidrat 10 10 10/23 x10=4,35
Isopropil miristat 3 11,5 3/23 x11,5=1,5
Asam stearat 2 15 2/23 x15=1,30
Setil alkohol 3 15,5 4/23 x15,5=2,69
Squalene 5 12 5/23 x12=2,6
Total 23 12,44

Formula modifikasi merupakan sediaan o/w
Nilai HLB sediaan tidak bergeser terlalu jauh dari formula standard (11,49) ke formula modifikasi (11,25) 
Matriks (bahan tambahan) untuk formula hasil modifikasi
No. Nama Bahan Sifat Kimia Sifat Fisika Kadar % Fungsi Nilai HLB khusus golongan minyak/malam Alasan dipakai dalam formula
pH stabilitas Pemerian kelarutan Lazim Terpilih
1 Lanolin Stabilitas : lanolin secara perlahan akan mengalami autoksidasi selama penyimpanan. Untuk menghambat dapat ditambah BHT sebagai antioksidan. Paparan atau pemanasan berlebihan akan menyebabkan lanolin anhidrat berubah warna menjadi gelap dan bau tengik
(Rowe, et al, 2009 p 379) Pemerian : warna kuning, bau khas, rasa manis
Kelarutan  :  larut dalam benzena, kloroform, eter, sedikit larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam air
Titik leleh : 45-55° C
(Rowe, et al, 2009 p 379)
0,1-50%
(jurnal) 10% Emulsifying agent; ointment base.
(Rowe, et al, 2009 p 378)
HLB=9
Lanolin mungkin mengandung prooxidants yang dapat mempengaruhi bahan aktif tertentu
(Rowe, et al, 2009 p 379) Lanolin dapat digunakan sebagai fase hidrofobik dalam basis o/w. Ketika dicampur dengan minyak nabati yang sesuai atau parafin akan menghasilkan emolien yang dapat menembus kulit.
(Rowe, et al, 2009 p 379)
2 Asam Stearat Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil, mungkin juga dapat di tambahkan antioksidan
(Rowe, et.al., 2009 p 697) Pemerian : Putih kekuningan, agak mengkilat, kristal putih atau serbuk kekuningan, sedikit berbau.
Kelarutan : larut dalam 1 : 5 benzena, 1 : 6 karbon tetraklorida, 1 : 2 kloroform, 1: 15 etanol, 1 : 3 eter, praktis tidak larut dalam air.
Titik leleh : 66 - 69°C
(Rowe, et.al., 2009 p 697,699)
1-20%
(Rowe, et.al., 2009 p 697) 2% Emulsifying agent; solubilizing agent; tablet and capsule lubricant
(Rowe, et.al., 2009 p 697) HLB=15
Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida, dan mungkin tidak kompatibel dengan basa, zat pereduksi dan oksidator
(Rowe, et.al., 2009 p 698) Asam stearat digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamine, asam stearat dapat digunakan dalam penyusunan krim
(Rowe, et.al., 2009 p 697)
3 Trietahnolamide (TEA) Stabilitas : dapat berubah menjadi warna coklat bila terkena udara dan cahaya
pH : 10,5
(Rowe, et.al., 2006 p 754, HPE 5th p 794) Pemerian : Kental, tidak berwarna atau agak kuning, sangat higroskopis
Kelarutan : Larut dalam aseton, air, metanol, 1:63 etil eter, 1:24 benzene
Titik didih : 335°C
(HPE 5 th p 794, MD 36 p 2405) 5%
(Rowe, et.al., 2006 p 754) 1% emulsifying agent
(Rowe, et.al., 2006 p 754) TEA dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil menggantikan gugus hidroksil dengan halogen. Produk ini sangat beracun menyerupai mustard nitrogen lainnya.
(HPE 6 th p 755) Zat TEA bila digunakan bersama asam lemak seperti asam stearat, mampu ,menghasilkan sabun anionik yang bersifat sebagai emulsifying agent sehingga didapat emulsi yang stabil (Rowe, et.al., 2006, 754)
4 Veegum (Magnesium Alumunium silicate) Stabilitas : Magnesium alumunium silikat stabil ketika di simpan dalam kondisi kering, stabil pada rentang pH yang luas, kompatibel dengan pelarut organik
(Rowe, et al, 2009 p 395) Pemerian : putih sampai krem, tidak berbau, tidak berasa, lembut,, serbuk micronized
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam alkohol, air, pelarut organik.
Titik didih :
(Rowe, et al, 2009 p 394 - 395) 2 – 5%
(sebagai emulsion stabilizer)
(Rowe, et al, 2009 p 394) 1,5% Adsorbent; stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing agent
(Rowe, et al, 2009 p 393) Magnesium aluminium silikat pada umumnya tidak cocok untuk larutan asam di bawah pH 3,5
(Rowe, et al, 2009 p 396) Digunakan sebagai stabilizing agen. Dapat meningkatkan viskositas dengan dikombinasikan dengan suspending agents seperti xanthan gum
(Rowe, et al, 2009 p 393)
5 Isopropyl Myristate Stabilitas : Isopropil miristat tahan terhadap oksidasi dan hidrolisis.
(Rowe, et al, 2009 p 349) Pemerian : Cairan rendah viskositas yang mengental pada suhu 58°C, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, etil asetat, fatty Alcohol, fixed oils, praktis tidak larut di air, glycols,gliserin
Titik didih : 140°C
(Rowe, et al, 2009 p 348) 1.0–10.0
(Rowe, et al, 2009 p 348) 3% Emollient; oleaginous vehicle; skin penetrant; solven
(Rowe, et al, 2009 p 348) Tidak kompatibel dengan parafin keras dan oksidator kuat
(Rowe, et al, 2009 p 349) Karena Isopropil miristat meruapakan emolien nongreasy yang mudah diserap oleh kulit dan zat ini telah banyak dipakai untuk sediaan kosmetik
(Rowe, et al, 2009 p 348)
6 Setil alkohol Stabilitas : : stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya dan udara tidak menjadi tengik

(Rowe, et al, 2009 p 156)


Pemerian :  serpihan putih, butiran, kubus, memiliki bau yang khas dan rasa hambar
Kelarutan : : larut dalam etanol 95% dan eter, praktis tidak larut dalam air
Titik leleh : 45-52°C
(Rowe, et al, 2009 p 155-156)

2-5%

(Rowe, et al, 2009 p 155)
2% Coating agent; emulsifying agent; stiffening agen

(Rowe, et al, 2009 p 155)
Tidak kompatibel dengan oksidator kuat

(Rowe, et al, 2009 p 156)


Dapat digunakan sebagai pengemulsi, dan emolien yang dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi. Setil alkohol bertindak sebagai emulsifier lemah pada emulsi w/o sehingga memungkinkan pengurangan jumlah pengemulsi lainnya. Setil alkohol juga dapat meningkatkan konsistensi emulsi w/o dan dapat meningkatkan stabilitas dengan menggabungkan dengan pengemulsi yang larut dalam air (Rowe, et al, 2009 p 155)
7 Mineral Oil
(HPE5 p.471 ) Boiling point: >360°C Pemerian : transparent, colorless, viscous oily liquid,
without fluorescence in daylight

Kelarutan : practically insoluble in ethanol (95%), glycerin, and
water; soluble in acetone, benzene, chloroform, carbon
disulfide, ether, and petroleum ether. Miscible with volatile
oils and fixed oils, with the exception of castor oil. 1.0–32.0 20 emulsifying agent; stiffening agent HLB 10 Digunakan secara umum sebagai emulsfyng agent dan exipient dalam sediaan topical
9 Gliserin Stabilitas : bersifat higroskopis, gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi dapat terurai pada pemanasan.
(Rowe, et.al., 2009 p 284)


Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, cairan higroskopis, rasa manis
Kelarutan : larut dalam air, etanol 95%, metanol, 1 : 500 eter, 1 : 11 etil asetat, praktis tidak larut dalam benzena, kloroform, minyak
Titik leleh : 17,8 °C
(Rowe, et.al., 2009 p 283 - 284) <30%
(konsentrasi untuk memberikan efek emolien)
(Rowe, et.al., 2009 p 283) 4% Antimicrobial preservative; cosolvent; emollient; humectant; plasticizer;
solvent; sweetening agent; tonicity agent.
(Rowe, et.al., 2009 p 283) Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau kalium permanganat. Terjadi perubahan warna gliserin menjadi hitam jika terkena cahaya atau kontak dengan seng oksida atau bismut nitrat
(Rowe, et.al., 2009 p 285)

Pada dalam formulasi kosmetik, gliserin digunakan terutama untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin juga dapat digunakan sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi
(Rowe, et.al., 2009 p 283)

10 Propil paraben
(Nipasol)
Stabilitas : Stabil pada larutan air pH 3 – 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar.
pH : 4 – 8
(Rowe, et.al., 2009 p 596-597) Pemerian : Kristal atau bubuk putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : 1:1,1 etanol 95%, 1:250 gliserin, 1:225 air 80°C
Titik didih : 295°C
(HPE 5th p 629-630)
Titik leleh : 96-99°C
(HPE 6th p 596) 0.01-0.6% (Rowe, et.al., 2009, 596) 0,02% Antimicrobial
(Rowe, et.al., 2009 p 596) Aktifitas antimikroba profil paraben dapat berkurang banyak dengan adanya surfaktan non ionik akibat dari micellization. Propil paraben dapat berubah warna dengan adanya zat besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat
(Rowe, et.al., 2009 p 597) Berfungsi sebagai pengawet. Range konsentrasi 0.01-0.6% (Rowe, et.al., 2009, 596). Paraben memiliki efek antimikroba spektrum luas, meskipun sangat efektif terhadap kapang dan khamir. (Rowe, et.al., 2009, 596).
10.
11 Metil paraben
(Nipagin) Stabilitas : Stabil pada larutan air pH 3 – 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar.
pH : 4 - 8
(Rowe, et.al., 2009 p 442-443)
Pemerian : Kristal tak berwarna atau bubuk putih, tidak berbau, sedikit pedas
Kelarutan : larut 1:400 air, 1:50 air 80°C, 1:3 etanol 95%, 1:10 eter, 1:60 gliserin
(HPE 5th p 467-468)
Titik leleh : 125-128 °C
(HPE 6 th p 443) 0.02-0.3% (Rowe, et.al., 2009, 442) 0,18% Antimicrobial
(Rowe, et.al., 2009 p 441)
Aktifitas antimikroba metil paraben dapat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik seperti polisorbat80 akibat dari micellization.
Tidak kompatibel dengan bahan lain seperti tragakan, sorbitol, Natrium alginat, atropin.
Metil paraben dapat berubah warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat
(Rowe, et.al., 2009 p 443) Berfungsi sebagai pengawet. Range konsentrasi 0.02-0.3% (Rowe, et.al., 2009, 442). Paraben memiliki efek antimikroba spektrum luas, meskipun sangat efektif terhadap kapang dan khamir (Rowe, et.al., 2009, 442).
12 Squalene Squalane is a saturated derivative of squalene, a constituent of
human sebum (Md 36th, 2033) A clear, colourless, oily liquid. Relativedensity about 0.815. It may be of vegetable (unsaponifiable matterof olive oil) or animal (shark liver oil) origin. Practicallyinsoluble in water and in alcohol; freely soluble in acetone and in
cyclohexane; miscible with most fats and oils. (Md 36th p.2033) 5% Pelembab, pelicin, penghalus kulit Squalene rumus empirik kimianya adalah C30H50 dan mempunyai 6 buah ikatan ganda. Sedangkan Squalane, rumus kimianya adalah C
30H62, dimana ke-6 ikatan ganda telah diisi oleh 12 atom H. Jadi Squalaneadalah Squalene yang telah mengalami proses hidrogenisasi. Dengan demikian Squalana adalah senyawa hidrokarbon yang jenuh atau disebut poly saturated hydrocarbon
dan merupakan senyawa yang stabil dan tidak mudah dioksidasi lagi, sehingga tidak mudah menjadi tengik. Squalana dalam tubuh berfungsi sebagai pelembab dan penghalus kulit

V.I. Bentuk Sediaan Dasar:
Bentuk : Krim
Definisi :Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu ataub lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relative cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Persyaratan Umum : Krim yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mudah dioleskan dan merata pada kulit, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak menodai pakaian, tidak berbau tengik, bebas dari partikel keras dan tajam, tidak mengiritasi kulit, dan tempat penyimpanannya harus sesuai dengan sifat krim yang dibuat (Wilkinson, 1982).
V.II. Bentuk Sediaan Kosmetik Terpilih:
Bentuk : Krim Kuku
Definisi :Krim yang dapat melembabkan dan mencegah kulit kuku dari kekeringan (Wilkinson, 1982) serta dapat melembutkan kutikula dan mencegah kuku dari pecah – pecah dan bergaris (Schlossman, 2000).
Persyaratan Umum : dapat melembabkan kulit kuku, dapat meninggalkan lapisan yang emollient (Wilkinson, 1982)






Susunan Formula (untuk 1 formula dan 1 batch)
Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep
Luas permukaan untuk daerah jari tangan= 318 cm2 (Hapsari, 2011)
Pengaplikasian dengan menggunakan jari tangan (fingertip unit) (Long,1991)= 0,43 g / 257 cm2 (untuk wanita) ----used
Perkiraan lama penggunaan krim = 1 minggu 3 kali (u/ 10 minggu)
Bobot sediaan yang dibutuhkan =318 〖cm〗^2×(0,43 g)/(257 〖cm〗^2 )×30 kali=15,9 ≈15 gram
No. NamaBahan Sinonim Bahan Pengganti Konsentrasi% 1 Resep
(15 gram) 1 Bets(5R)
75 gram
Awal Modifikasi
1. Lanolin:air
3:1 Adeps lanae 10 10 1,5 7,5
2. Asam Stearat Stearic acid 2 2 0,3 1,5
3. Triethanolamine (TEA) TEA 1 1 0,15 0,75
4. Veegum Magnesium Alumunium Silicate 1,5 1,5 0,225 1,125
5. Isopropyl Myristate IPM 3 3 0,45 2,25
6. Setil Alkohol Cetyl alcohol 2 3 0,45 2,25
7. Gliserin Gliserol 4 4 0,6 3
8. Propil Paraben Nipasol 0,2 0,2 0,03 0,15
9. Metil Paraben Nipagin 0,25 0,25 0,0375 0,1875
10. Squalene Squalene Hydrolized protein animal - 5 0,75 3,75
11. Aquadest Water Ad 100 ml 71,05 10,6575 53,2875
PERHITUNGAN SISA AIR :
Untuk 1 resep : 10,6575 ml – 0,5 (air untuk lanolin) ml = 10,1575 ml
Untuk 1 bets :53,2875 ml – 2,5 (air untuk lanolin) ml = 50,7875 ml




Rancangan Cara Pembuatan



































Spesifikasi Sediaan Akhir
No Kriteria Uji Spesifikasi
Uji Mutu Fisik
1 Organoleptis
Warna
Bau
Bentuk
Perabaan
Putih kekuningan
Harum
Krim opaque
Lembut
2 pH 5,5 ± 1,0 ( Tranggono & Latifah, 2007)
3 Homogenitas Homogen
4 Viskositas 2000 – 50000 cps (SNI, 1996)
5 Daya Sebar 3-5 cm (Garg, et.al., 2002)
6 Daya Lekat Tidak lengket atau lekat
7 Daya Tercucikan Air Tidak tercucikan air
8 Tipe emulsi m/a
9 Ukuran partikel 1 – 50 µm (Yenti et al, 2011)

Rancangan Evaluasi
UJI MUTU FISIK
Pengamatan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari sediaan krim. Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / translucent) adalah dengan menggunakan dua gelas arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan gelas arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di gelas arloji diterawang dengan menggunakan lampu atau senter.
Pemeriksaan pH
Untuk melakukan pemeriksaan pH, pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling.Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut dan dibiarkan hingga alat menunjukkan harga pH yang konstan.(Rawlins, 2003).

Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Krim dikatakan homogen bila susunan partikel-partikel tidak ada yang menggumpal atau tidak tercampur (Departemen Kesehatan RI, 1979).

Kriteria Penilaian Keterangan
+++ Sangat homogen Tidak ada butiran kasar
++ Kurang homogen Sedikit butiran kasar
+ Tidak homogen Banyak butiran kasar

Pengujian Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan rotary brookfield viscometer, dengan cara memasukkan sebanyak 250 ml sediaan pada gelas piala, kemudian memasang spindel yang sesuai dengan sediaan. Spindel dicelupkan ke dalam sediaan kemudian alat dinyalakan dan mencatat hasil yang diperoleh (Remington, 1995).

Pengujian Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah 0,5 gram sediaan diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang telah dilapisi kaca transparan, kemudian dibiarkan sesaat (kurang lebih 15 detik). Luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung, kemudian ditutup lagi dengan lempengan kaca yang diberi beban 5 gram dan dibiarkan selama 60 detik.Kemudian luas yang diberikan oleh sediaan dihitung dan dicatat (Voigt, 1995).

Kriteria Penilaian Keterangan
+++ ≥ 5 cm Sangat mudah menyebar
++ 3-5 cm Mudah menyebar
+ ≤ 3 cm Tidak menyebar

Pengujian Daya Lekat
Pengujian daya lekat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah 0,1 gram sediaan kemudian diletakkan pada ibu jari dan telunjuk, dihitung ketinggian pelekatan sediaan di antara telunjuk dan ibu jari.
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ Sangat lekat ≥ 1cm
++ Kurang lekat 0.5 – 1cm
+ Tidak lekat ≤ 0.5cm

Pengujian Daya Tercucikan Air
Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan.

Kriteria Penilaian Keterangan
+++ ≤ 30 s Sangat mudah tercucikan air
++ 30 s – 1 mnt Mudah tercucikan air
+ ≥ 1 mnt Tidak tercucikan air

Pengujian tipe emulsi
Pengujian tipe emulsi bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu: metode pengenceran dan metode dispersi zat warna (Pakki et al, 2009)
Metode pengenceran, krim yang jadi dimasukkan ke dalam vial, kemudian diencerkan de-ngan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka tipe emulsi adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009). Sementara untuk metode dispersi zat warna, emulsi yang dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian ditetesi de-ngan beberapa tetes larutan biru metilen. Jika warna biru segera terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009).

Kriteria Penilaian
Emulsi m/a Warna biru segera terdispersi
Emulsi a/m Warna biru tidak dapat atau sedikit terdispersi

Pengujian distribusi ukuran partikel
Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan denganmemakai alat mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler. Caranya adalahdengan menimbang 0,1 gram krim kemudian diencerkan dengan air suling sampai1 ml diambil sedikit hasil pengenceran tersebut dan diteteskan pada kaca objek, laludilakukan pengukuran partikel sampai dengan 500 partikel (Lachman, dkk,1994). Distribusi ukuran partikel yang baik dan stabil secara fisik adalah 1-50 µm (Yenti et al, 2011).

HASIL EVALUASI

Organoleptis
Parameter Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Bentuk luar Opaque
Warna Putih kekuningan
Bau Bau harum
Perabaan Lembut
Nilai pH
pH Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1
5,5 ± 1,0
Replikasi 2
Replikasi 3
Homogenitas
Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Homogenitas Homogen
Viskositas
Viskositas Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1
2000 – 50000 cps (SNI, 1996)
Replikasi 2
Replikasi 3
Daya lekat


Daya Lekat Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Tidak lekat, tidak menimbulkan rasa lengket
Daya sebar

Daya sebar Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
∅ 3-5 cm

Daya tercucikan air

Daya tercucikan air Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Tidak tercucikan air
 (> 1  menit)
Tipe emulsi

Tipe emulsi Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
m/a
Ukuran partikel

Ukuran partikel Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
µm

EVALUASI UKURAN PARTIKEL

Kalibrasi skala okuler
Diketahui: 1 skala objektif adalah 0,01 mm
….skala okuler = ….skala objektif
…. skala okuler = ….skala objektif
1 skala okuler = …..mm = …..µm

Hasil uji ukuran partikel sediaan pembanding






Rentang = nilai maks-nilai min = ………….
Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n = …………….
Interval = (rentang kelas)/(jumlah kelas)= ………………….

Range d (µm) n 〖nd〗^2 〖nd〗^3






d_vs=(∑▒〖nd^3 〗)/(∑▒〖nd^2 〗)=……….
 Hasil uji ukuran partikel sediaan modifikasi






Rentang = nilai maks-nilai min = ………….
Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n = …………….
Interval = (rentang kelas)/(jumlah kelas)= ………………….


Range d (µm) n 〖nd〗^2 〖nd〗^3







d_vs=(∑▒〖nd^3 〗)/(∑▒〖nd^2 〗)=……….




TABEL REKAPAN EVALUASI

Parameter Hasil Spesifikasi Keterangan
Sediaan Pembanding Sediaan Modifikasi
Uji Mutu Fisik
Organoleptis
Bentuk Luar
Warna
Bau
Perabaan
Krim Opaque
Putih kekuningan
Harum
Lembut
pH 5,5 ± 1,0 (Tranggono dan Latifah, 2006)
Viskositas 2000 – 50000 cps (SNI, 1996)
Daya Lekat Tidak lekat, tidak menimbulkan rasa lengket
Homogenitas Homogen
Daya Sebar 3-5 cm (Garg, et.al., 2002)
Daya Tercucikan Air Tidak mudah tercucikan air (> 1 menit)
Tipe Emulsi m/a
Distribusi Ukuran Partikel 1 – 50 µm
(Yenti et al, 2011)



RANCANGAN KEMASAN





DAFTAR PUSTAKA
Alvarez, AM.R., Rodriguez, MLG. 2000. Lipids in pharmaceutical and cosmetic preparations, Grasas y Aceites (52), pp. 74 – 96.
Anonim. 2013. Uses of Olive Oil for Nail Care [2013, Agustus 17]. www.boldsky.com/beauty/body-care/2013/uses-of-olive-oil-for-nail-care-034781.html.[2014, April 23]
Bergfeld, Wilma F., et al; 2014; Safety Assessment of Phytosterols as Used in Cosmetics; Washington DC
Burnett, CL., Fiume, M. 2010. Oils; Washington DC
Departemen Kesehatan RI, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal POM, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979.Farmakope Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1993. Kodeks Komestika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,  Jakarta.
Draelos, ZD. 2011. Cosmetics Dermatology: Products and Procedures, John Wiley & Sons, Chicester, p. 19.
Hapsari, R.T. 2011. Perbandingan Luas Tapak Tangan dengan Jari dan Tapak Tangan Tanpa Jari terhadap Luas Permukaan Tubuh pada Berbagai Kelompok Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa. Progam Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Undip, Semarang.
Haryanti, N., Setiyawati, E., Winarni, DRA. 1990. Kosmetika Kuku: antara Keindahan dan Keamanan, Pengarang 2 SKP. Pengarang 1 SKP, pp. 56 – 61.
Jellinek, J.S. 1970. Formulation and Function of Cosmetics. Wiley Interscience, New York.
Long, C.C. and A.Y. Finlay. 1991. The Fingertip Unit: A New Practical Measure. Clin.Exper.Dermatol., 16: 444-446
Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18thedition. Bailierre Tindal, London.
Remington J.P. 1995.The Sciences and Practice of Pharmacy.19thedition,volume I. Marck Publishing Company,Easton Pensylvania.
Rowe, R.C., P.J. Sheskeyand M.E. Quinn. 2009.  Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th edition. Pharmaceutical Press and The American Pharmacist Association, London.
Schlosmann, ML. 2000. Manicure Preparations. In : Butler, H. (ed), Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps, Kluwers Academic Publishers, Great Britain, pp. 325 – 327.
SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Toselli, L. 2008. Panduan lengkap manikur & pedikur, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p. 31.
Tranggono, R.I. & F. Latifah. 2007. BP : Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 46
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. (S.N. Soewandhi, penerjemah). Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Wilkinson, J.B., et. al.; 1982; Harry’s Cosmeticology.7th edition; Leonard Hill Book; London.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar